Friday, November 7, 2014

Lembaga Sensor Indonesia memang sangat lebay


Ane sudah MUAK sekali dengan LSF dan KPI... Makin hari film tuh makin gak seru gara-gara sensor berlebihan. Contohnya aja aksi tembak-menembak, sebelum sensor menjadi lebay film action seru banget, tapi sekarang sudah berubah, biasanya kalau tembak-menembak pasti aja di slow-mo (dilambatin) atau diloncat. Gak seru lagi, kan?

Emang, sensor film itu perlu soalnya kan yg nonton bukan cuma orang dewasa, tapi anak-anak juga ada. Tapi kan kalau caranya begini, film serasa nggak asik lagi ditonton, kebanyakan adegan yang seharusnya membuat film jadi seru sekarang sudah hilang bagaikan makanan tanpa bumbu.

Ya, kalau misalkan sensor kata-kata kasar atau aurat sih boleh aja, tapi kan jangan sampai terlalu lebay juga kali, seperti rokok, darah, orang mati, dll. Contohnya saja ane kemarin nonton film Case 39 di Trans TV, benar-benar keliatan jelas sensornya seperti ketika ada orang yang mati karena ketakutan lebah lalu akhirnya ia kejedot toilet sampai dia mati (berdarah), langsung di-fade (semacam diloncat) dan ketika orang mati tertembak senjatanya sendiri karena dia takut serigala, langsung diloncat.

Beberapa contoh yang lain seperti di film Hellboy, waktu di bagian pertamanya ada orang ditembak langsung dilambatin (slow-mo), terus pas ada adegan orang yang ditusuk sampai dia mati langsung diloncat dan suaranya dihilangkan. Waduh, sudah lebay level maksimal nih sensornya...

Memang ada sih cara lain untuk menonton film tanpa sensor lebay, yaitu menonton film bajakan, tapi kualitas videonya itu tuh yang jadi masalah. Kalau nggak ada film yang kita inginkan, download dari internet (yang kualitasnya juga HD), tapi bisa menyedot kuota yang sangat banyak dan memakan waktu cukup lama, tergantung kecepatan internet.

Semoga aja sih, tim sensor Indonesia lebih baik dalam menerapkan sensor film. Jangan sampai film itu gak asik lagi ditonton. Kan kasihan penontonnya kan?

No comments:

Post a Comment